masukkan script iklan disini
BUZZERSUKABUMI.COM - Sukabumi – Dunia pendidikan di Kota Sukabumi tengah menghadapi tantangan serius. Data terbaru menunjukkan bahwa dari total 4.589 lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada tahun ajaran 2024/2025, hanya 157 siswa yang mendaftar ke Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) swasta. Fenomena ini memunculkan kekhawatiran di kalangan kepala sekolah (kepsek) SMK swasta yang mengaku kesulitan dalam menjaring peserta didik baru.
Minimnya minat siswa terhadap SMK swasta dinilai menjadi ancaman nyata bagi kelangsungan sekolah-sekolah tersebut. Kepala SMK swasta di Sukabumi menuturkan bahwa kondisi ini sudah terjadi dalam beberapa tahun terakhir, namun tahun ini menjadi yang paling mengkhawatirkan.
"Kami benar-benar menjerit. Dari ribuan lulusan SMP, hanya segelintir yang memilih melanjutkan ke SMK swasta. Ini membuat kami berpikir keras bagaimana kelangsungan sekolah ini ke depan," ujar salah satu kepala SMK swasta, Senin (24/6).
Beberapa faktor penyebab rendahnya animo siswa terhadap SMK swasta di antaranya adalah meningkatnya daya tarik sekolah negeri, sistem zonasi yang lebih ketat, serta ketimpangan fasilitas dan persepsi kualitas pendidikan. Selain itu, banyak orang tua yang lebih memilih menyekolahkan anaknya di sekolah negeri karena biaya yang lebih ringan dan dianggap lebih menjanjikan dari sisi akademik maupun prospek kerja.
Data dari Dinas Pendidikan setempat memperlihatkan bahwa sebagian besar lulusan SMP terserap ke SMA dan SMK negeri yang memiliki kuota lebih besar. Sementara itu, SMK swasta harus bersaing ketat dengan sumber daya yang terbatas, baik dalam promosi, program keahlian, maupun infrastruktur pendukung.
Kondisi ini juga berdampak pada keberlangsungan operasional sekolah swasta. Banyak sekolah yang mengalami penurunan pendapatan, kesulitan mempertahankan guru, dan harus mengurangi kegiatan belajar mengajar karena minimnya peserta didik. Beberapa SMK swasta bahkan dikabarkan terancam tutup jika situasi ini terus berlanjut.
Pemerhati pendidikan di Sukabumi mengusulkan agar pemerintah daerah segera mengambil langkah konkret, termasuk memberikan insentif bagi siswa yang memilih sekolah swasta, peningkatan kerja sama antara sekolah swasta dan industri, serta penyamaan standar kualitas pendidikan.
"Diperlukan intervensi dari pemerintah agar sekolah swasta tidak mati pelan-pelan. Harus ada regulasi yang mendukung agar siswa bisa tersebar secara merata dan pendidikan swasta tetap hidup," ujar seorang aktivis pendidikan lokal.
Pemerintah Kota Sukabumi sendiri telah menyatakan komitmennya untuk mengevaluasi sistem penerimaan peserta didik baru (PPDB), agar lebih adil bagi semua satuan pendidikan. Termasuk mempertimbangkan kembali skema zonasi dan kuota yang memberikan ruang lebih proporsional bagi SMK dan SMA swasta.
Dengan hanya 157 siswa tersisa dari ribuan lulusan SMP, masa depan SMK swasta di Sukabumi kini berada di ujung tanduk. Diperlukan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha agar sekolah-sekolah swasta tetap dapat menjalankan peran strategisnya dalam mencetak generasi unggul di masa depan.