masukkan script iklan disini
Simak breaking news Sukabumi dan sekitarnya langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita BUZZERSUKABUMI.COM WhatsApp Channel - (Click here)Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
BUZZER SUKABUMI COM - Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) menekankan bahwa perempuan memiliki peran strategis dalam setiap fase penanggulangan bencana, mulai dari pra-bencana, saat bencana, hingga pasca-bencana.
Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Kependudukan, dan Ketenagakerjaan Kementerian PPN/Bappenas, Maliki, menyatakan bahwa perempuan bukan hanya menjadi korban, tetapi juga merupakan pelaku dan pemimpin dalam upaya pengurangan risiko bencana.
“Perempuan berperan penting dalam penanggulangan bencana, baik sebagai korban, pelaku, maupun pemimpin,” ujarnya dalam lokakarya nasional yang digelar Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Minggu (23/3).
Maliki menjelaskan bahwa selama ini pendekatan kebencanaan cenderung belum inklusif terhadap perempuan dan penyandang disabilitas. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan berbasis gender agar kelompok rentan tersebut dapat berperan aktif dalam menghadapi risiko bencana.
Ia juga menyoroti bahwa perempuan dan penyandang disabilitas termasuk kelompok paling rentan saat bencana, karena memiliki akses yang terbatas terhadap sumber daya dan sering mengalami eksklusi sosial. Data BNPB menunjukkan bahwa perempuan memiliki risiko 14 kali lebih tinggi menjadi korban bencana dibanding laki-laki.
“Penanggulangan bencana harus responsif gender. Kita tidak bisa menyamakan penanganan antara laki-laki, perempuan, lansia, orang sakit, dan penyandang disabilitas,” tegas Maliki.
Lebih lanjut, ia menyebutkan bahwa kesiapsiagaan inklusif harus menjamin pelatihan prabencana, infrastruktur tangguh, dan informasi kebencanaan yang mudah diakses oleh seluruh lapisan masyarakat, terutama kelompok rentan.
Menurutnya, skema rehabilitasi pascabencana juga harus bersifat inklusif dan berbasis gender, agar mampu menjangkau perempuan dan penyandang disabilitas secara adil dan efektif.
Senada dengan itu, Deputi Bidang Sistem dan Strategi BNPB, Raditya Jati, menambahkan bahwa perempuan sering memainkan peran vital dalam penanganan bencana di lapangan. Mereka terlibat langsung dalam kegiatan sosial seperti pengelolaan dapur umum dan layanan kesehatan, sambil tetap menjalankan peran sebagai pengasuh keluarga.
“Peran perempuan bertambah besar saat bencana. Mereka bukan hanya harus dilindungi, tetapi juga berperan aktif sebagai agen perubahan,” ujar Raditya.
Ia menekankan bahwa perspektif gender harus diintegrasikan dalam seluruh kebijakan dan strategi pengurangan risiko bencana, guna menciptakan ketangguhan masyarakat yang setara dan berkelanjutan.
Lokakarya ini merupakan bagian dari program bilateral SIAP SIAGA, hasil kerja sama antara Pemerintah Indonesia dan Australia. Program ini fokus pada peningkatan integrasi kesetaraan gender, disabilitas, dan inklusi sosial dalam sistem penanggulangan bencana di Indonesia.
Melalui pendekatan inklusif tersebut, diharapkan upaya pengurangan risiko bencana semakin efektif dan tidak meninggalkan satu kelompok pun, terutama mereka yang paling rentan.