Jelajahi

Kategori
Best Viral Premium Blogger TemplatesPremium By Raushan Design With Shroff Templates

Iklan

Perjuangan Empan Supandi, Guru dari Sukabumi yang Menginspirasi

Buzzer Sukabumi
Rabu, 15 Januari 2025
Last Updated 2025-01-15T08:34:33Z
Premium By Raushan Design With Shroff Templates
masukkan script iklan disini

Perjuangan Empan Supandi, Guru dari Sukabumi yang Menginspirasi

BUZZER SUKABUMI
- Di tengah pesatnya kemajuan zaman, kisah inspiratif dari pelosok Indonesia terus mengingatkan kita akan arti ketulusan. Salah satunya datang dari Empan Supandi, seorang guru honorer berusia 51 tahun yang tinggal di Kampung Ciguha, Desa Jampangtengah, Kabupaten Sukabumi. Dengan penuh dedikasi, Empan telah mengabdikan hidupnya untuk dunia pendidikan meski harus menghadapi berbagai tantangan.

Sejak 2011, Empan setiap hari berjalan kaki sejauh 12 kilometer untuk mengajar di MTs Thoriqul Hidayah, sebuah madrasah yang terletak di Desa Bojongtipar, Kecamatan Jampangtengah. Tanpa kendaraan, ia melewati jalanan terjal dan cuaca yang tidak menentu panas maupun hujan. Namun, semangatnya untuk mendidik murid-muridnya tidak pernah surut.

Pengabdian Empan terasa semakin luar biasa jika melihat kondisi kehidupannya. Gaji yang diterimanya hanya sekitar Rp 200 ribu per bulan, jumlah yang jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sebagai seorang duda, ia tinggal di rumah panggung sederhana bersama anak keduanya yang masih duduk di bangku SMP. Anak sulungnya, yang kini sudah menikah, tinggal terpisah. Meski hidup dengan keterbatasan, Empan tetap teguh menjalani perannya sebagai pendidik.

Dian Agustian, rekan sejawat Empan, menyebut sosoknya sebagai teladan luar biasa. Selain mengajar mata pelajaran formal, Empan juga membimbing murid-muridnya dengan nilai-nilai moral yang kuat. Baginya, pendidikan bukan sekadar profesi, tetapi panggilan jiwa. “Pak Empan selalu menekankan pentingnya pendidikan untuk masa depan anak-anak, meskipun ia sendiri hidup dalam kondisi yang serba sulit,” ujar Dian.

Kisah Empan tidak hanya menginspirasi murid-muridnya tetapi juga masyarakat sekitar. Ia adalah bukti nyata bahwa pengabdian tidak diukur dari materi, melainkan dari ketulusan dan semangat berbagi. Empan berharap, melalui pendidikan, generasi muda di daerahnya dapat memiliki masa depan yang lebih baik.

Dalam sebuah rekaman video, Empan menyampaikan rasa terima kasih kepada pengendara yang sering memberinya tumpangan dalam perjalanan ke sekolah. Meski penghasilannya sangat kecil, ia tetap bersyukur atas rezeki yang diterimanya dan percaya bahwa semua itu adalah bagian dari kehendak Tuhan. Saat libur mengajar, ia mengisi waktu dengan berkebun di tanah warisan orang tuanya untuk menambah penghasilan.

Empan juga terbuka terhadap bantuan, terutama yang dapat mempermudah perjalanan hariannya ke sekolah. Namun, ia tidak pernah menjadikan kesulitan hidupnya sebagai alasan untuk mengeluh. "Bagi saya, ilmu adalah harta yang paling berharga. Rezeki itu akan datang dari mana saja selama kita mau berusaha," tuturnya.

Kisah Empan Supandi mengingatkan kita bahwa di balik kesederhanaan hidup, terdapat pelajaran besar tentang ketulusan, pengorbanan, dan harapan. Semoga perjuangannya menjadi inspirasi bagi banyak pihak untuk lebih peduli terhadap kesejahteraan guru honorer di pelosok negeri.

iklan
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Stars Rally to Beat Predators in Winter Classic at Cotton Bowl