BUZZERSUKABUMI.COM - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memaparkan sejumlah tantangan yang dihadapi dalam menangani Kejadian Luar Biasa (KLB) campak di berbagai daerah.
Dikutip dari laman Antaranews pada Minggu, 14 September 2025. Menurut Kepala Biro Informasi dan Komunikasi Publik Kemenkes, Aji Muhawarman, salah satu hambatan utama adalah masih rendahnya kesadaran masyarakat terhadap imunisasi. Kondisi ini membuat target cakupan vaksinasi campak sulit tercapai.
“Vaksin campak terbukti aman dan efektif mencegah penyakit yang bisa berujung komplikasi berat bahkan kematian. Namun, masih ada masyarakat yang ragu karena terpengaruh hoaks dan disinformasi, terutama di media sosial,” kata Aji, Sabtu di Jakarta.
Selain itu, faktor sosial-budaya, lingkungan tempat tinggal, serta masalah gizi juga memperburuk kondisi penderita dan meningkatkan risiko komplikasi. Oleh karena itu, penanganan campak perlu dilakukan secara terpadu dengan melibatkan berbagai sektor.
Kendala lain adalah keterbatasan sumber daya, baik dari sisi tenaga kesehatan maupun anggaran. Akses layanan kesehatan di wilayah geografis tertentu juga masih sulit, termasuk dalam melakukan surveilans, imunisasi, maupun rujukan pasien yang mengalami komplikasi.
“Kapasitas petugas di lapangan juga tidak merata, terutama dalam mendeteksi dini kasus, menganalisis data surveilans, dan melaksanakan imunisasi respons KLB. Hal ini dapat memperlambat upaya penanggulangan,” tambahnya.
Aji menilai kepatuhan terhadap anjuran isolasi juga masih rendah. Banyak orang menganggap campak sebagai penyakit ringan, sehingga protokol kesehatan sering diabaikan.
Untuk itu, Kemenkes gencar melakukan edukasi kepada masyarakat, khususnya orang tua. Pesan yang ditekankan antara lain bahwa vaksin campak aman, efek sampingnya biasanya ringan seperti demam atau ruam, dan yang terpenting, vaksinasi bisa mencegah komplikasi berbahaya seperti pneumonia, radang otak, hingga kematian. Vaksinasi juga berfungsi melindungi kelompok rentan serta menangkal pengaruh hoaks.
Selain edukasi, sejumlah langkah konkret terus dilakukan Kemenkes. Di antaranya memperkuat surveilans campak rubella lewat penyelidikan epidemiologi, pelacakan sumber penularan, serta identifikasi kasus tambahan yang belum terlaporkan. Pasien campak juga dianjurkan untuk diisolasi dan diberikan vitamin A guna mencegah komplikasi.
Langkah lain yaitu melakukan imunisasi tanggap wabah melalui Outbreak Response Immunization (ORI) maupun imunisasi kejar. Kemenkes juga telah mengirimkan surat kewaspadaan peningkatan kasus campak dan KLB kepada seluruh Dinas Kesehatan provinsi dan kabupaten/kota sebagai pedoman kewaspadaan dini dan acuan respon cepat di lapangan.
Komentar0